Rabu, 21 Maret 2012

Burger dan Pola Makan Modern


Gaya hidup modern kadang identik dengan gaya hidup Barat. Maka tak heran bila banyak jenis makanan dari negara-negara Barat yang masuk ke Indonesia dan menjadi gaya hidup baru. Termasuk makanan jenis burger. Padahal makanan dengan bahan utama daging ini ditengarai sebagai penyebab sejumlah penyakit ‘mematikan’ seperti Hipertensi, obesitas, dan kanker.
            Awalnya burger dibuat dari daging babin sehingga dinamakan Hamburger. Namun kini burger telah diproduksi dengan menggunakan daging lainnya, seperti daging sapi(beef burger) ataupun daging ayam(chicken burger). Bahkan para creator makanan telah mampu menghasilkan burger dari bahan nabati, seperti tempe, sayuran ataupun bahan kacang-kacangan lainnya.
            Dalam proses pembuatan burger umumnya daging giling atau dicacah dalam suhu rendah atau setelah sebelumnya dilakukan pendinginan. Setelah itu ditambahkan sejumlah bahan tambahan seperti lemak, bahan-bahan bumbu, bahan pengawet dan bahan pengisi. Setelah tercampur lantas daging secara bersama bahan lainnya dipanaskan dalam proses pemasakan.
            Penggunaan bahan-bahan tambahan pada burger kebayakan dilakukan agar burger bisa tahan lama, memilki tekstur dan penampilan yang menarik, serta cita rasa yang enak. Namun sejumlah bahan tambahan tampaknya perlu diwaspadai. Diantaranya penggunaan garam dan nitrit untuk pegawet daging karena dikhawatirkan dapat menyebabkankanker dan hipertensi.
            Kandungan bahan-bahan tambahan dlam burger juga sebaiknya diperhatikan dan diteliti. Menurut laporan Departemen Agriculture Amerika Serikat, kandungan bahan-bahan kimiawi dlam burger terdapat lemak total mencapai 17%, lemak jenuh 8%, niasin 4,6mg, kalsisum 9mg, protein 21% serta sejumlah vitamin.
Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia, tampaknya perlu dilakukan diversifikasi bahan-bahan utama dalam pembuatan burger. Pemanfaatan bahan-bahan nabati, seperti tempe, sayuran ataupun kacang-kacangan perlu lebih digalakkan. Baik dibuat burger ataupun makanan modern lainnya. Paling tidak, agar tidak dibilang kuno namun tetap memiliki kesehatan yang prima, tentunya makanan yang Anda makan ditentukan oleh bahan utamanya yang sehat juga. Diversifikasi ini setidaknya juga dapat memberikan peluang usaha bagi diproduksinya makanan-makanan modern namun dengan kandungan gizi yang tinggi dan menyehatkan.

Referensi:
Majalah Pengusaha Muslim, edisi 7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar